MATERI DIKLAT JURNALISTIK
1. Tehnik Pengenalan Berita
Secara sederhana, jurnalistik dipahami sebagai proses kegiatan meliput, membuat dan menyebarluaskan peristiwa (news) dan pandangan (views) kepada khalayak melalui media massa. Dengan bahasa lain, jurnalistik adalah kerja-kerja untuk menghasilkan berita. Berita diperoleh melalui realitas. Dibutuhkan kepekaan dan insting yang tajam dalam membaca realitas. Kepekaan dan insting diraih melalui olah inderawi dan pengalaman yang cukup. Faktor teknik juga menentukan karena akan menuntun dan mengemas kepekaan terhadap realitas.
Secara bahasa, Pers berarti media. Berasal dari bahasa Inggris press yaitu cetak. Pada awal kemuculannya, media terbatas hanya pada media cetak. Seiring percepatan teknologi informasi, ragam media ini kemudian meluas. Muncul media elektronik: audio, audio-visual (pandang-dengar) sampai internet. Jadi pers adalah sarana atau wadah untuk menyiarkan produk-produk jurnalistik.
Sedang jurnalistik merupakan suatu aktifitas dalam menghasilkan berita. Mulai dari perencanaan, peliputan, penulisan yang hasilnya disiarkan pada khalayak pembaca melalui media baik cetak, audio, audio-visual. Dalam kata lain jurnalistik merupakan proses aktif untuk melahirkan berita.
Hasil dari proses jurnalistik yang kemudian menjadi teks, dimuat dalam media, berupa berita. Pers memiliki empat fungsi yang meliputi:
1. Menyiarkan informasi
Merupakan fungsi yang utama. Pembaca memerlukan informasi mengenai berbagai hal yang terjadi di bumi.
2. Mendidik
Sebagai sarana pendidikan massa. Media memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan hingga pembaca bertambah pengetahuannya.
3. Menghibur
Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat dalam media untuk mengimbangi berita-berita berat (hard news).
4. Mempengaruhi
Pers memiliki peranan penting untuk mempengaruhi pendapat publik.
Pengenalan Berita
Secara sederhana, berita merupakan laporan jurnalis mengenai fakta. Karena ada banyak fakta dalam kehidupan atau realitas sosial, maka tidak semua fakta menjadi berita. Fakta menjadi berita setelah dilaporkan wartawan. Karena itu berita merupakan konstruksi dari sebuah fakta. Fakta yang dapat dilaporkan wartawan untuk dikemas menjadi berita, memiliki banyak ukuran. Namun secara general, ukuran tersebut dibagi dua yakni penting dan menarik. Untuk menimbang seberapa penting dan menarik suatu fakta untuk dijadikan berita, dibutuhkan adanya nilai-nilai sebagai pertimbangan kelayakan. Dalam jurnalistik, nilai-nilai tersebut disebut news value (nilai berita).
Ü Obyek Berita
Karena berita adalah laporan fakta yang ditulis seorang jurnalis, maka obyek berita adalah fakta.
Dalam jurnalistik dikenal beberapa kriteria fakta:
1. Peristiwa
Merupakan suatu kejadian yang baru terjadi, artinya kejadian tersebut hanya sekali terjadi.
2. Kasus
Ada suatu kejadian yang tidak selesai setelah peristiwa itu terjadi. Artinya kejadian tersebut meninggalkan kejadian selanjutnya, peristiwa melahirkan peristiwa berikutnya. Maka kejadian demikian dinamakan kasus.
3. Fenomena
Jika suatu kasus itu ternyata tidak terjadi hanya pada batas teritorial tertentu, artinya kasus tersebut sudah mewabah, terjadi dimana-mana. Maka kejadian tersebut dinamakan suatu fenomena.
Ü Nilai Berita (News Value)
Secara umum, nilai berita ditentukan oleh sepuluh komponen. Semakin banyak komponen tersebut, maka semakin besar minat pembaca terhadap berita tersebut. Secara lebih rinci dapat diringkaskan sebagai berikut:
1. Kedekatan (Proximity)
Peristiwa yang memiliki kedekatan dengan kehidupan khalayak, baik secara geografis maupun psikis.
2. Bencana (Emergency)
Tiap manusia membutuhkan rasa aman. Dan setiap ancaman terhadap rasa aman akan menggugah perhatian.
3. Konflik (Conflict)
Ancaman terhadap rasa aman yang ditimbulkan manusia. Konflik antar individu, kelompok, maupun negara tetap akan menggugah perhatian.
4. Kemashuran (Prominence)
Biasanya rasa ingin tahu terhadap seseorang yang menjadi public figure cukup besar.
5. Dampak (impact)
Peristiwa yang memiliki dampak langsung dalam kehidupan khalayak.
6. Unik
Manusia cenderung ingin tahu tentang segala hal yang unik, aneh dan lucu. Hal-hal yang belum pernah atau tak biasa ditemui dalam kehidupan sehari-hari akan menarik perhatian.
7. Baru (aktual)
Suatu peristiwa yang baru akan memancing minat orang untuk mengetahui.
8. Kontroversial
Sesuatu yang bersifat kontroversial akan menarik untuk diketahui karena mengandung kejanggalan.
9. Human Interest
Derita cenderung dijauhi manusia. Dan derita sesama cenderung menarik minat untuk mengetahuinya.
10. Ketegangan (Suspense)
Sesuatu yang membuat manusia ingin mengetahui apa yang akan terjadi cenderung menarik minat, karena orang ingin tahu akhir dari peristiwa.
Ü Unsur Berita
Diketahui bahwa berita merupakan rekonstruksi fakta oleh wartawan, maka diperlukan perangkat untuk merekonstruksi fakta tersebut. Pada umumnya manusia membutuhkan jawaban atas rasa ingin tahunya dalam enam hal. Maka, materi berita digali melalui enam pokok yang disebut unsur berita yakni apa (what); siapa (who); dimana (where); kapan (when); mengapa (why); bagaimana (how) dikenal dengan 5W + 1H.
Ü Sifat Berita
1. Mengarahkan (Directive)
Karena berita itu dapat mempengaruhi khalayak, baik disengaja ataupun tidak. Maka berita itu sifatnya mengarahkan.
2. Membangkitkan Perasaan (effective)
Melalui berita itu dibangkitkan perasaan publik.
3. Memberi Informasi (informative)
Berita harus bersifat memberi informasi tentang keadaan yang terjadi, sehingga memberi gambaran jelas dan menjadi pengetahuan publik.
Ü Kaidah-Kaidah Penulisan Berita
Penulisan berita didasarkan pada kaidah jurnalistik. Kaidah-kaidah tersebut biasa dikenal dengan konsep ABC (Accuracy, Balance, Clarity).
2. Accuracy (akurasi)
Disebut sebagai pondasi segala macam penulisan jurnalistik. Apabila penulis ceroboh dalam hal ini, artinya sama dengan melakukan pembodohan dan membohongi pembaca. Beberapa hal berikut berguna untuk menjaga akurasi penulisan berita:
a. Mendapatkan data yang benar.
b. Melakukan re-chek terhadap data yang telah diperoleh.
c. Tidak berspekulasi dengan isu ataupun desas-desus.
d. Semua informasi dan data yang diperoleh dapat dipertanggung-jawabkan kewenangan dan keabsahannya.
2. Balance (keseimbangan)
Ini juga menjadi kaidah dalam penulisan berita. Sering terjadi sebuah karya jurnalistik terkesan berat sebelah dengan menguntungkan satu pihak tertentu sekaligus merugikan pihak lain. Keseimbangan dimungkinkan dengan mengakomodir kedua golongan (misalnya dalam penulisan berita tentang konflik). Hal demikian dalam jurnalistik disebut dengan ‘both side covered’.
3. Clarity (kejelasan)
Faktor kejelasan bisa diukur apakah khalayak mengerti isi dan maksud berita yang disampaikan. Bukan jelas dalasm konteks teknis, namun lebih condong pada faktor topik, alur pemikiran, kejelasan kalimat, kemudian pemahaman bahasa dan persyaratan penulisan lainnya.
Ü Struktur Penulisan Berita
Dalam berita terdapat struktur berita. Sebelum mengenal struktur penulisan berita terlebih dulu diketahui bagian-bagian berita. Terdiri dari kepala berita atau judul (head news); topi berita untuk menunjukkan lokasi peristiwa dan identitas media (misalnya, Surabaya SP); intro, diletakkan setelah judul berfungsi sebagai penjelas judul dan gambaran umum isi berita; tubuh berita (news body).
Adapun struktur penulisan berita sebagai berikut :
1. Piramida terbalik
Artinya pokok atau inti berita diletakkan di awal-awal paragraf (satu-dua paragraf) dan bukan berarti paragraf selanjutnya tidak penting, cuma bukan merupakan inti dari berita. Biasanya digunakan dalam penulisan straight news.
2. Balok tegak
Artinya pokok atau inti berita tidak hanya diletakkan di awal paragraf. Tetapi terdapat di awal, tengah, dan akhir paragraf. Biasanya digunakan dalam penulisan depht news (indepht reporting ataupun investigasi reporting).
2. Pengalian Data
Dalam membuat berita, data menempati posisi penting. Karena melalui data, peristiwa (fakta) dapat dilaporkan. Data merupakan ‘record’ (rekaman) dari suatu peristiwa. Dan jurnalis menyajikan konstruksi dari peristiwa atau fakta tersebut yang disusun dari berbagai data. Ada beberapa cara untuk penggalian data tersebut. Pertama, melalui pengamatan langsung si penulis (observasi) untuk mendapatkan data tentang fakta kejadian. Kedua, melakukan wawancara terhadap seseorang yang terlibat langsung (primer) maupun tidak langsung (sekunder) dalam suatu kejadian. Dengan wawancara juga dimaksudkan untuk melakukan cross-check demi akurasi data yang diperoleh melalui pengamatan (observasi). Ketiga, selain kedua perangkat tersebut data juga bisa diperoleh melalui studi literary terhadap dokumen-dokumen yang terkait dengan suatu fakta kejadian ataupun fenomena. Data demikian biasanya dianggap penting.
Ü Observasi
Ini dilakukan pada tahap awal pencarian data tentang sesuatu. Dalam pengamatan sangat mengandalkan kepekaan indra (lihat, dengar, cium, sentuh, rasa) untuk mengamati dan membaca realitas. Namun dalam pengamatan tersebut, observator tidak boleh melakukan penilaian terhadap realitas yang diamati.
Kegiatan observasi terkait dengan pekerjaan memahami gambaran realitas serta detail-detail kejadian yang berlangsung. Untuk itu diperlukan upaya memfokuskan amatan pada obyek-obyek yang tengah diamati.
Observasi memerlukan daya amatan yang kritis, luas, namun tetap tajam dalam mempelajari rincian obyek yang ada dihadapannya. Guna mendapatkan amatan yang obyektif, pengamat harus mengontrol emosional dan mampu menjaga jarak dengan segala rincian obyek yang diamati.
Sifat penggalian data melalui observasi ialah langsung dan orisinil. Langsung artinya, dalam amatannya tidak berdasarkan teori, pikiran, pendapat, ia menemukan langsung apa yang hendak dicarinya. Orisinil, artinya hasil amatannya merupakan hasil cerapan indranya, bukan yang dilaporkan orang lain.
Ü Wawancara
Wawancara merupakan aktifitas yang sering dilakukan untuk memperoleh data. Dalam menggali data, tidak mungkin bagi seorang jurnalis untuk menulis berita hanya mengandalkan hasil observasi tanpa melakukan wawancara. Karena dengan wawancara wartawan bisa memperoleh kelengkapan data tentang peristiwa atau fenomena. Juga dengan wawancara seorang jurnalis melakukan cross-check atau recheck dari data yang diperoleh sebelumnya demi akurasi data.
Wawancara bukanlah proses tanya jawab seperti ‘saya bertanya-anda menjawab’. Wawancara lebih luas dari sekedar proses tanya jawab. Pewawancara dan yang diwawancarai berbagi pekerjaan ‘membangun ingatan’. Tujuan umumnya merekonstruksi kejadian yang baru terjadi atau telah lampau. Dalam aktifitas ini, pewawancara dan yang diwawancarai akan membangun kembali ingatan-ingatan tersebut.
Ü Teknik Wawancara
1. Menguasai permasalahan
Ini penting karena untuk menghindari miss-understanding antara pewawancara dengan yang diwawancarai.
2. Ajukan pertanyaan yang lebih spesifik
Pertanyaan yang lebih spesifik akan lebih membantu dan mempermudah dalam mengarahkan topik pembicaraan.
3. Jangan menggurui
Karena wawancara bukan proses tanya-jawab, tetapi aktifitas membangun ingatan terhadap peristiwa yang baru terjadi atau telah lampau.
a. Studi Literer
Data tidak hanya dapat diperoleh melalui pengamatan dan wawancara tapi bisa juga memanfaatkan data-data yang sudah terdokumentasikan. Pencarian data-data yang terdokumentasikan itu juga sangat dipertimbangkan tingkat keabsahannya dan dapat dipertangungjawabkan. Misalnya Keppres, Undang-Undang, dan lainnya. Kebutuhan data seperti itu sangat memungkinkan dan merupakan keharusan untuk pencarian data yang terdokumentasikan. Biasanya data-data seperti itu, validitasnya dapat dipertanggungjawabkan.
Pemanfaatan data yang terdokumentasikan tidak terbatas pada Undang-Undang, Keppres. Hasil dari sebuah penelitian, berita di media, arsip, buku, juga bisa dijadikan sebagai data dokumen, tapi juga harus mempertimbangkan validitas data-data tersebut.
Sumber-sumber yang bisa dijadikan bahan dalam riset dokumen/studi literer:
1. Koran atau Majalah
Koran atau majalah menyediakan informasi cukup memadai untuk kebutuhan riset dokumen. Informasi surat kabar cukup layak dijadikan sumber data otentik (terlepas bila mengandung kesalahan informasi). Riset dokumen yang dilakukan mempelajari terhadap pelbagai pemberitaan dari reportase yang obyektif, teks berita foto (caption), dan tulisan yang mengandung opini.
2. Buku
Pencarian data melalui buku terkait dengan kredibilitas penulisnya, penerbitnya, dan tahun revisi penerbitannya. Juga memeriksa keterangan seperti data-data statistik yang dikutip, apakah dari abstraksi data yang terbaru. Buku layak dijadikan sumber data karena buku biasanya memuat bahasan yang mendalam dan cakupan pemahaman yang luas.
3. Penulisan Berita dan Opini
Ü Straight News
Straight news atau sering disebut berita langsung, apa adanya, ditulis secara singkat dan lugas merupakan bentuk penulisan berita yang paling sederhana. Pasalnya, hanya dengan menyajikan unsur empat W (what, who, when, where) maka tulisan tersebut bisa langsung menjadi berita. Namun, bukan berarti straight news menafikan unsur why dan how. Karena itu bentuk penyajiannya diatur sedemikian rupa sehingga khalayak pembaca bisa mengetahui pesan utama berita itu tanpa perlu membaca seluruh isi berita. Pola penulisan straight news sering dipakai oleh media massa yang punya masa edar harian. Selanjutnya untuk media-media massa yang terbit berkala lebih banyak memakai pola penulisan features, depht news (indepht reporting maupun investigative reporting).
Tidak semua fakta bisa ditulis dalam bentuk straight news. Karena straight news terikat dengan unsur kebaruan (aktualita). Maka suatu fakta itu ditulis dengan bentuk straight news bila :
1. informasi atau berita tersebut tentang peristiwa dan bukan fenomena ataupun kasus. Misalnya kecelakaan lalu lintas, kejahatan, pergantian pejabat negara, dan sebagainya.
2. Informasi atau berita itu penting untuk segera diketahui khalayak.
3. Baru (aktual)
Ü Karakteristik Straight News
1. Strukturnya piramida terbalik
Unsur berita what, who, where, when diletakkan dalam lead. Sedang unsur how dan why diletakkan dalam tubuh berita. Bila dimungkinkan, bisa menyajikan fakta-fakta tambahan yang dianggap perlu sehingga kalau perlu di ‘cut’ tidak mempengaruhi isi berita.
2. Deskripsinya lugas, hanya mengemukakan fakta-fakta yang perlu untuk kejelasan berita.
3. Irama atau lenggang cerita terkesan terburu-buru.
Ü Depth News
Tulisan ini lazim disebut berita mendalam. Digunakan untuk menuliskan permasalahan secara lebih lengkap, bersifat mendalam dan analitis, dimensinya lebih luas. Yang dijadikan berita biasanya suatu kasus ataupun fenomena. Laporan ini ditulis berdasar hasil liputan terencana, dan membutuhkan waktu panjang. Karena merupakan hasil liputan terencana, maka diperlukan persiapan yang matang, sehingga dalam penulisan depth news ini dibutuhkan out line sebagai kerangka acuan dalam penggalian data sampai analisa data.
Dalam depht news, penekanannya pada unsur how dan why. Mencari dan memaparkan jawaban how dan why secara lebih rinci dan banyak dimensi.
Ü Karakteristik Depth News
1. Strukturnya balok tegak.
2. Deskripsinya analitis, banyak mengungkapkan fakta-fakta penting dan pendukung untuk kejelasan berita.
3. Lenggang cerita berkesinambungan antara paragraf sebelum dan sesudahnya.
4. Lebih mendalam dalam menguraikan fakta.
Ü Pembuatan Perencanaan Liputan (Outline)
Karena pemberitaan model depht news lebih menekankan pada unsur why dan how, maka dibutuhkan kedalaman dalam mengurai suatu realitas. Supaya dalam penguraian realitas tidak terjadi pembiasan atau pelebaran, maka dibutuhkan kerangka (outline) sebagai acuan dalam mengurai realitas. Mulai dari pengumpulan atau penggalian data sampai penganalisaan data, sebelum dijadikan tulisan.
Dalam pembuatan outline, dibutuhkan pengetahuan awal tentang realitas yang akan diurai. Pengetahuan awal tentang fenomena yang akan diurai sangat membantu dalam pembacaan fenomena tersebut. Karena tidak mungkin seluruh uraian fenomena disajikan dalam tulisan, maka dalam out-line ditentukan sisi mana (angle) yang akan diurai dan disajikan secara mendalam.
Angle dimaksudkan sebagai penentu batasan fenomena yang akan diurai agar dalam menganalisa sebuah fenomena tetap terfokus pada batasan yang direncanakan dan tidak melebar.
Sebagai kerangka acuan dalam liputan mendalam, outline juga memuat perencanaan data-data yang akan dicari. Dan untuk data yang direncanakan melalui wawancara, ditentukan pula poin-poin pertanyaan (drafting) secara garis besarnya.
Ü Feature
Ini lazim disebut berita kisah atau cerita pendek non-fiksi. Dikatakan non-fiksi karena tetap berdasarkan pada fakta. Selain itu, feature adalah artikel yang kreatif, kadang-kadang subyektif yang terutama dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi pada pembaca tentang suatu kejadian, keadaan atau aspek kehidupan. Feature juga sering disebut sebagai berita ringan (soft news) karena gaya penulisannya indah memikat, naratif, prosais, imajinatif, dan bahasanya lugas.
Biasanya feature mengungkapkan suatu peristiwa yang tidak terlalu menjadi perhatian publik dan isinya lebih menekankan pada sisi human interest (menarik minat dan perasaan khalayak pembaca). Model features dalam penulisan berita tidak terikat aktualitas.
Namun, menulis dengan model features dibutuhkan kepekaan dan ketajaman menangkap fenomena dalam realitas sosial melalui pengamatan dan wawancara yang mendalam serta riset dokumentasi yang cermat.
Ü Ragam Features
1. Historical features
Menceritakan kejadian-kejadian yang menonjol pada waktu yang telah lewat, namun masih tetap mempunyai nilai human interest.
2. Profile features
Mengemukakan pengalaman pribadi seorang atau kelompok. Pembaca bisa mengetahui sepak terjang tokoh tersebut, motivasinya, wawasannya, kerangka berpikirnya. Dikemas seolah-olah kisah pengakuan diri dari orang yang bersangkutan.
3. Adventures features
Menyajikan kejadian unik dan menarik yang dialami seseorang atau kelompok dalam perjalanan ke suatu daerah tertentu, baik tentang alam maupun masyarakat.
4. Trend features
Mengungkapkan kisah tentang kehidupan sekelompok anak manusia ataupun perubahan gaya hidupnya dalam proses transformasi sosial.
5. Seasonal features
Mengisahkan aspek baru dari suatu peristiwa teragenda, seperti saat lebaran, natal, peringatan hari lahir tokoh nasional dan sebagainya.
6. How-to-do-it features
Mengungkapkan bagaimana suatu perbuatan atau kegiatan dilakukan, seperti tulisan tentang pemanfaatan daun sereh sebagai obat keluarga.
7. Explanatory atau Backgrounder features
Mengisahkan sesuatu yang terjadi dibalik peristiwa atau penjelasan mengapa hal itu terjadi, misalkan tentang pemogokan buruh, mengapa pemogokan itu terjadi, sebab apa yang melatarbelakangi pemogokan.
8. Human Interest features
Menceritakan tentang kisah hidup anak manusia yang menyentuh perasaan, seperi seorang mahasiswa yang terus kuliah dengan mengandalkan hasil keringatnya sendiri. Penulisan ini ditekankan pada tingkah laku hidupnya bukan personnya.
Ü Karakteristik features
1. Teras berita (lead) bebas asal tetap menarik.
2. Strukturnya bebas tapi tetap ringkas dan terus menarik.
3. Bagian akhir tulisan dapat meninggalkan kesan pada pembaca, artinya dapat membuat pembaca tersenyum, tertawa, berdecap. Bagian akhir yang demikian dinamakan punch.
4. lenggang cerita terkesan santai.
5. Deskripsi bervariasi, mengemukakan detil-detil yang menyentuh atau membangkitkan emosi.
Opini
Bila berita sebagai hasil konstruksi dari fakta, maka tidak demikian opini. Opini bukan kontruksi peristiwa, tetapi lebih pada penilaian terhadap fakta, jadi terdapat unsur subyektifitas penulis dalam penyajiannya. Pun penulisannya tidak didasarkan pada 5W + 1H sebagaimana berita.
Langkah awal yang dilakukan sebelum mengumpulkan bahan dan menulis opini adalah menentukan tema. Tema merupakan benang-merah dalam benak penulis yang menggambarkan tujuan tulisan. Tanpa tema, tulisan opini tidak akan utuh dan tidak menentu arahnya.
Ada berbagai macam bentuk penulisan opini yakni : artikel kolom, essai, resensi. Beberapa bentuk tulisan tersebut merupakan ruang bagi pembaca media.
Selain bentuk-bentuk tersebut masih ada penulisan lain yang disebut opini. Namun, opini ini lebih merupakan pendapat media bersangkutan terhadap realitas yang berkembang. Salah satunya adalah Editorial atau Tajuk yang merupakan penilaian atau analisa redaksi tentang situasi dan berbagai masalah. Juga ada pojok, ia merupakan tulisan yang berupa sentilan, sindiran, terhadap suatu realitas yang ditulis dengan gaya satire, lucu, kocak. Dan karikatur, juga merupakan penilaian redaksi terhadap realitas, ia tidak jauh beda dengan pojok, namun diungkapkan melalui gambar atau kartun.
Ü Syarat Opini
1. Orisinil
2. Faktual, Aktual
3. Bersifat ilmiah populer bukan ilmiah teknis
4. Sistematis
5. Mengandung gagasan atau ide
6. Menggunakan bahasa yang baik dan benar
Ü Tajuk Rencana (Editorial)
Merupakan pandangan redaksi terhadap suatu fakta atau realitas. Tajuk Rencana memuat fakta dan opini yang disusun secara ringkas dan logis.
Ü Artikel
Merupakan tulisan yang bersifat nonfiksi. Juga merupakan karya ilmiah populer. Mengungkapkan pendapat atau pandangan penulis dalam memandang suatu realitas.
Susunan penulisannya seperti karya ilmiah : ada batasan-batasan permasalahan yang diungkapkan, juga dimungkinkan ada problem solving. Bahasa yang digunakan adalah bahasa ilmiah-baku, namun tidak kaku. Tema dalam artikel bisa berupa apa saja, dari teknologi sampai politik, dari masalah yang paling kecil sampai yang paling besar.
Ü Kolom atau Essai
Sama halnya dengan artikel, menulis kolom juga diperlukan menentukan permasalahan yang akan diurai termasuk sistematisasi permasalahan untuk ditarik benang-merah. Ini dimaksudkan untuk menjadikan tulisan lebih terarah. Dalam penulisannya, kolom tidak seketat seperti artikel. Bahasa yang digunakan lebih lentur, mudah dipahami, terkesan santai dalam memaparkan idenya.
Essai lebih longgar lagi, dan tulisannya lebih pendek dari kolom. Biasanya karakter penulis tercerminkan dalam tulisan essai, kekhasan personal lebih ditonjolkan. Sama halnya dengan kolom, dalam memaparkan idenya terkesan santai, bahasanya lentur, alur bahasan lebih lugas. Juga seperti halnya dalam penulisan opini yang lain ada permasalahan yang diuraikan.
Ü Resensi
Resensi merupakan bentuk tulisan dalam hal penggambaran atau analisa terhadap sebuah teks. Teks bisa berupa buku, film, teater, maupun lagu. Sebagian menyebut resensi sama halnya dengan sinopsis, penggambaran secara global tentang teks. Tapi sebenarnya tidak sama, karena dalam resensi ada sedikit sentuhan analisa penulis. Dan seorang resensor harus berlaku seobyektif mungkin dalam menggambarkan atau menganalisa teks.
4. Penulisan Berita
Ü Membuat Judul
Judul berita bukan hal yang urgen dalam penulisan berita. Tapi bisa menjadi hal yang vital. Sebelum membaca isi berita, pembaca cenderung membaca judulnya terlebih dahulu. Ketika judul tidak menarik, pembaca akan enggan membaca isi berita.
Dalam membuat judul, harus dapat dimengerti dengan sekali baca, juga menarik, sehingga mendorong pembaca mengetahui lebih lanjut isi berita. Tapi judul yang menarik belum tentu benar dalam kaidah penulisan judul. Pada dasarnya judul mencerminkan isi berita. Jadi disamping mencerminkan isi dan menarik, judul perlu kejelasan asosiatif setiap unsur subyek, obyek dan keterangan.
Selain itu, menulis judul juga bisa memakai kutipan pernyataan narasumber. Biasanya suatu pernyataan mengarah pada subyek yang melontarkan. Untuk menjelaskan subyek (nama narasumber, atau sebuah kegiatan) maka digunakan kickers (pra-judul). Atau jika tidak menggunakan kickers, penulisan judul di dalam dua tanda petik.
Ü Lead
Lead merupakan paragraf awal dalam tulisan berita yang berfungsi sebagai kail sebelum masuk pada uraian dalam tulisan berita.
Ada beberapa macam lead yang biasa digunakan dalam menulis berita:
1. Lead Ringkasan : Biasanya dipakai dalam penulisan ‘berita keras’. Yang ditulis hanya inti beritanya saja. Sedangkan interesting reader diserahkan kepada pembaca. Lead ini digunakan karena adanya persoalan yang kuat dan menarik.
2. Lead Bercerita : Ini digemari oleh penulis cerita fiksi karena dapat menarik pembaca dalam alur yang mengasyikkan. Tekniknya adalah membiarkan pembaca menjadi tokoh utama cerita.
3. Lead Pertanyaan : Lead ini efektif apabila berhasil menantang pengetahuan pembaca mengenai permasalahan yang diangkat.
4. Lead Menuding Langsung : Biasanya melibatkan langsung pembaca secara pribadi, rasa ingin tahu mereka sebagai manusia diusik oleh penudingan lead.
5. Lead Penggoda : Mengelabui pembaca dengan cara bergurau. Tujuan utamanya menggaet perhatian pembaca dan menuntunnya supaya membaca habis cerita yang ditawarkan.
6. Lead Nyentrik : Lead yang menggunakan puisi, pantun, lagu atau yang lain. Gaya lead ini sangat khas dan ekstrim dalam bertingkah.
7. Lead Deskriptif : Menciptakan gambaran dalam pikiran pembaca tentang seorang tokoh atau suatu kejadian. Lead ini banyak digemari wartawan ketika menulis feature profil.
8. Lead Kutipan : Lead yang mengutip perkataan, statement, teori dari orang terkenal.
9. Lead Gabungan : Lead yang menggabungkan dua atau lebih macam lead yang sudah ada. Semisal lead kutipan digabung dengan lead deskriptif.
Ü Ending
Untuk penutup atau ending story, ada beberapa jenis :
1. Penyengat : Penutup yang biasanya diakhiri kata-kata yang mengagetkan pembaca dan membuatnya seolah-olah terlonjak.
2. Klimaks : Penutup ini ditemukan pada cerita yang ditulis secara kronologis.
3. Tidak Ada Penyelesaian : Penulis mengakhiri cerita dengan memberikan sebuah pertanyaan pokok yang tak terjawab. Jawaban diserahkan kepada pembaca untuk membuat solusi atau tanggapan tentang permasalahan yang ada.
Ü Alur Penulisan
Seringkali tulisan seorang penulis tidak dapat dipahami dan diketahui isinya oleh pembaca. Dalam kasus ini, sebagai penulis ia gagal menyampaikan ide atau pikirannya pada pembaca. Ada dua kemungkinan kenapa pembaca tidak memahami tulisan tersebut. Pertama, bahasa yang digunakan penulis. Kedua, alur tulisan yang tidak terarah. Jika yang terjadi adalah faktor kedua maka penulis melakukan kesalahan yang sangat fatal.
Seperti halnya bercerita, menulis juga membutuhkan alur agar tulisan tersusun secara sistematis dan jelas apa yang akan disampaikan.
Ada beberapa hal yang bisa dijadikan acuan alur penulisan :
1. sebab-akibat
Penyorotan pada peristiwa yang terjadi dan menghasilkan berbagai akibat yang akan atau telah terjadi.
2. akibat-sebab
penyorotan pada sebab-musabab dari sebuah peristiwa yang terjadi.
3. deskriptif-kronologis
Penceritaan suatu peristiwa dengan pemaparan urutan peristiwa tersebut.
5. Manajemen Redaksi
Dalam proses penerbitan media, mutlak dibutuhkan suatu tim kerja yang biasa dikenal dengan sebutan redaksi. Tim redaksi ini yang akan menentukan tema, perencanaan media, perencanaan proses kerja dan evaluasi dari media tersebut.
Ü Struktur Tim Media
Pada berbagai media, terdapat beberapa devisi atau departemen yang bergerak sesuai dengan bidang dan tugas masing-masing. Pada tiap media, devisi itu tidaklah sama. Tergantung dengan manajemen media itu sendiri. Biasanya, dalam media terdapat struktur devisi berupa:
1. Pemimpin Umum
Bertugas memimpin seluruh rangkaian proses dalam kelembagaan media tersebut. PU memiliki beban tanggung jawab besar dengan kelancaran media tersebut
2. Devisi Penerbitan
Bertugas mengawal proses penerbitan media. Devisi ini yang mengomandani penerbitan media mulai dari tema, penggalian data, penulisan berita, tata letak hingga terbit menjadi suatu bentuk media.
3. Devisi Penelitian dan Pengembangan
Bertugas melakukan penelitian-penelitan untuk menciptakan inovasi atau terobosan baru yang bisa menjadikan media itu kian disukai dan dicintai pembaca.
4. Devisi Human Resources Development
Bertugas mengawal kualitas SDM kru pada media tersebut. Devisi ini yang mencari dan mengolah SDM pada awak media
5. Devisi Perusahaan
Bertugas memasarkan media yang telah dibuat dan mencari iklan guna menopang kelangsungan hidup suatu media.
Ü Struktur Redaksi
Struktur redaksi pada suatu media tidaklah seragam dengan media lain. Disesuaikan dengan kebutuhan pada media masing-masing. Namun, secara general, struktur media terdiri dari:
1. Pemimpin Redaksi
Bertugas sebagai leader dalam keredaksian suatu media. Pemred bertugas untuk mengontrol kualitas pemberitaan dan isu pemberitaan yang diulas suatu media. Dia bertanggung jawab penuh atas segala isi media.
2. Redaktur
Merupakan koordinator dalam tiap tema yang diangkut. Redaktur berhak mengedit pemberitaan yang ditulis oleh reporter.
3. Reporter
Merupakan orang yang turun ke lapangan untuk menggali data dan merekonstruksinya dalam berita untuk dimuat media.
Secara sederhana, jurnalistik dipahami sebagai proses kegiatan meliput, membuat dan menyebarluaskan peristiwa (news) dan pandangan (views) kepada khalayak melalui media massa. Dengan bahasa lain, jurnalistik adalah kerja-kerja untuk menghasilkan berita. Berita diperoleh melalui realitas. Dibutuhkan kepekaan dan insting yang tajam dalam membaca realitas. Kepekaan dan insting diraih melalui olah inderawi dan pengalaman yang cukup. Faktor teknik juga menentukan karena akan menuntun dan mengemas kepekaan terhadap realitas.
Secara bahasa, Pers berarti media. Berasal dari bahasa Inggris press yaitu cetak. Pada awal kemuculannya, media terbatas hanya pada media cetak. Seiring percepatan teknologi informasi, ragam media ini kemudian meluas. Muncul media elektronik: audio, audio-visual (pandang-dengar) sampai internet. Jadi pers adalah sarana atau wadah untuk menyiarkan produk-produk jurnalistik.
Sedang jurnalistik merupakan suatu aktifitas dalam menghasilkan berita. Mulai dari perencanaan, peliputan, penulisan yang hasilnya disiarkan pada khalayak pembaca melalui media baik cetak, audio, audio-visual. Dalam kata lain jurnalistik merupakan proses aktif untuk melahirkan berita.
Hasil dari proses jurnalistik yang kemudian menjadi teks, dimuat dalam media, berupa berita. Pers memiliki empat fungsi yang meliputi:
1. Menyiarkan informasi
Merupakan fungsi yang utama. Pembaca memerlukan informasi mengenai berbagai hal yang terjadi di bumi.
2. Mendidik
Sebagai sarana pendidikan massa. Media memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan hingga pembaca bertambah pengetahuannya.
3. Menghibur
Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat dalam media untuk mengimbangi berita-berita berat (hard news).
4. Mempengaruhi
Pers memiliki peranan penting untuk mempengaruhi pendapat publik.
Pengenalan Berita
Secara sederhana, berita merupakan laporan jurnalis mengenai fakta. Karena ada banyak fakta dalam kehidupan atau realitas sosial, maka tidak semua fakta menjadi berita. Fakta menjadi berita setelah dilaporkan wartawan. Karena itu berita merupakan konstruksi dari sebuah fakta. Fakta yang dapat dilaporkan wartawan untuk dikemas menjadi berita, memiliki banyak ukuran. Namun secara general, ukuran tersebut dibagi dua yakni penting dan menarik. Untuk menimbang seberapa penting dan menarik suatu fakta untuk dijadikan berita, dibutuhkan adanya nilai-nilai sebagai pertimbangan kelayakan. Dalam jurnalistik, nilai-nilai tersebut disebut news value (nilai berita).
Ü Obyek Berita
Karena berita adalah laporan fakta yang ditulis seorang jurnalis, maka obyek berita adalah fakta.
Dalam jurnalistik dikenal beberapa kriteria fakta:
1. Peristiwa
Merupakan suatu kejadian yang baru terjadi, artinya kejadian tersebut hanya sekali terjadi.
2. Kasus
Ada suatu kejadian yang tidak selesai setelah peristiwa itu terjadi. Artinya kejadian tersebut meninggalkan kejadian selanjutnya, peristiwa melahirkan peristiwa berikutnya. Maka kejadian demikian dinamakan kasus.
3. Fenomena
Jika suatu kasus itu ternyata tidak terjadi hanya pada batas teritorial tertentu, artinya kasus tersebut sudah mewabah, terjadi dimana-mana. Maka kejadian tersebut dinamakan suatu fenomena.
Ü Nilai Berita (News Value)
Secara umum, nilai berita ditentukan oleh sepuluh komponen. Semakin banyak komponen tersebut, maka semakin besar minat pembaca terhadap berita tersebut. Secara lebih rinci dapat diringkaskan sebagai berikut:
1. Kedekatan (Proximity)
Peristiwa yang memiliki kedekatan dengan kehidupan khalayak, baik secara geografis maupun psikis.
2. Bencana (Emergency)
Tiap manusia membutuhkan rasa aman. Dan setiap ancaman terhadap rasa aman akan menggugah perhatian.
3. Konflik (Conflict)
Ancaman terhadap rasa aman yang ditimbulkan manusia. Konflik antar individu, kelompok, maupun negara tetap akan menggugah perhatian.
4. Kemashuran (Prominence)
Biasanya rasa ingin tahu terhadap seseorang yang menjadi public figure cukup besar.
5. Dampak (impact)
Peristiwa yang memiliki dampak langsung dalam kehidupan khalayak.
6. Unik
Manusia cenderung ingin tahu tentang segala hal yang unik, aneh dan lucu. Hal-hal yang belum pernah atau tak biasa ditemui dalam kehidupan sehari-hari akan menarik perhatian.
7. Baru (aktual)
Suatu peristiwa yang baru akan memancing minat orang untuk mengetahui.
8. Kontroversial
Sesuatu yang bersifat kontroversial akan menarik untuk diketahui karena mengandung kejanggalan.
9. Human Interest
Derita cenderung dijauhi manusia. Dan derita sesama cenderung menarik minat untuk mengetahuinya.
10. Ketegangan (Suspense)
Sesuatu yang membuat manusia ingin mengetahui apa yang akan terjadi cenderung menarik minat, karena orang ingin tahu akhir dari peristiwa.
Ü Unsur Berita
Diketahui bahwa berita merupakan rekonstruksi fakta oleh wartawan, maka diperlukan perangkat untuk merekonstruksi fakta tersebut. Pada umumnya manusia membutuhkan jawaban atas rasa ingin tahunya dalam enam hal. Maka, materi berita digali melalui enam pokok yang disebut unsur berita yakni apa (what); siapa (who); dimana (where); kapan (when); mengapa (why); bagaimana (how) dikenal dengan 5W + 1H.
Ü Sifat Berita
1. Mengarahkan (Directive)
Karena berita itu dapat mempengaruhi khalayak, baik disengaja ataupun tidak. Maka berita itu sifatnya mengarahkan.
2. Membangkitkan Perasaan (effective)
Melalui berita itu dibangkitkan perasaan publik.
3. Memberi Informasi (informative)
Berita harus bersifat memberi informasi tentang keadaan yang terjadi, sehingga memberi gambaran jelas dan menjadi pengetahuan publik.
Ü Kaidah-Kaidah Penulisan Berita
Penulisan berita didasarkan pada kaidah jurnalistik. Kaidah-kaidah tersebut biasa dikenal dengan konsep ABC (Accuracy, Balance, Clarity).
2. Accuracy (akurasi)
Disebut sebagai pondasi segala macam penulisan jurnalistik. Apabila penulis ceroboh dalam hal ini, artinya sama dengan melakukan pembodohan dan membohongi pembaca. Beberapa hal berikut berguna untuk menjaga akurasi penulisan berita:
a. Mendapatkan data yang benar.
b. Melakukan re-chek terhadap data yang telah diperoleh.
c. Tidak berspekulasi dengan isu ataupun desas-desus.
d. Semua informasi dan data yang diperoleh dapat dipertanggung-jawabkan kewenangan dan keabsahannya.
2. Balance (keseimbangan)
Ini juga menjadi kaidah dalam penulisan berita. Sering terjadi sebuah karya jurnalistik terkesan berat sebelah dengan menguntungkan satu pihak tertentu sekaligus merugikan pihak lain. Keseimbangan dimungkinkan dengan mengakomodir kedua golongan (misalnya dalam penulisan berita tentang konflik). Hal demikian dalam jurnalistik disebut dengan ‘both side covered’.
3. Clarity (kejelasan)
Faktor kejelasan bisa diukur apakah khalayak mengerti isi dan maksud berita yang disampaikan. Bukan jelas dalasm konteks teknis, namun lebih condong pada faktor topik, alur pemikiran, kejelasan kalimat, kemudian pemahaman bahasa dan persyaratan penulisan lainnya.
Ü Struktur Penulisan Berita
Dalam berita terdapat struktur berita. Sebelum mengenal struktur penulisan berita terlebih dulu diketahui bagian-bagian berita. Terdiri dari kepala berita atau judul (head news); topi berita untuk menunjukkan lokasi peristiwa dan identitas media (misalnya, Surabaya SP); intro, diletakkan setelah judul berfungsi sebagai penjelas judul dan gambaran umum isi berita; tubuh berita (news body).
Adapun struktur penulisan berita sebagai berikut :
1. Piramida terbalik
Artinya pokok atau inti berita diletakkan di awal-awal paragraf (satu-dua paragraf) dan bukan berarti paragraf selanjutnya tidak penting, cuma bukan merupakan inti dari berita. Biasanya digunakan dalam penulisan straight news.
2. Balok tegak
Artinya pokok atau inti berita tidak hanya diletakkan di awal paragraf. Tetapi terdapat di awal, tengah, dan akhir paragraf. Biasanya digunakan dalam penulisan depht news (indepht reporting ataupun investigasi reporting).
2. Pengalian Data
Dalam membuat berita, data menempati posisi penting. Karena melalui data, peristiwa (fakta) dapat dilaporkan. Data merupakan ‘record’ (rekaman) dari suatu peristiwa. Dan jurnalis menyajikan konstruksi dari peristiwa atau fakta tersebut yang disusun dari berbagai data. Ada beberapa cara untuk penggalian data tersebut. Pertama, melalui pengamatan langsung si penulis (observasi) untuk mendapatkan data tentang fakta kejadian. Kedua, melakukan wawancara terhadap seseorang yang terlibat langsung (primer) maupun tidak langsung (sekunder) dalam suatu kejadian. Dengan wawancara juga dimaksudkan untuk melakukan cross-check demi akurasi data yang diperoleh melalui pengamatan (observasi). Ketiga, selain kedua perangkat tersebut data juga bisa diperoleh melalui studi literary terhadap dokumen-dokumen yang terkait dengan suatu fakta kejadian ataupun fenomena. Data demikian biasanya dianggap penting.
Ü Observasi
Ini dilakukan pada tahap awal pencarian data tentang sesuatu. Dalam pengamatan sangat mengandalkan kepekaan indra (lihat, dengar, cium, sentuh, rasa) untuk mengamati dan membaca realitas. Namun dalam pengamatan tersebut, observator tidak boleh melakukan penilaian terhadap realitas yang diamati.
Kegiatan observasi terkait dengan pekerjaan memahami gambaran realitas serta detail-detail kejadian yang berlangsung. Untuk itu diperlukan upaya memfokuskan amatan pada obyek-obyek yang tengah diamati.
Observasi memerlukan daya amatan yang kritis, luas, namun tetap tajam dalam mempelajari rincian obyek yang ada dihadapannya. Guna mendapatkan amatan yang obyektif, pengamat harus mengontrol emosional dan mampu menjaga jarak dengan segala rincian obyek yang diamati.
Sifat penggalian data melalui observasi ialah langsung dan orisinil. Langsung artinya, dalam amatannya tidak berdasarkan teori, pikiran, pendapat, ia menemukan langsung apa yang hendak dicarinya. Orisinil, artinya hasil amatannya merupakan hasil cerapan indranya, bukan yang dilaporkan orang lain.
Ü Wawancara
Wawancara merupakan aktifitas yang sering dilakukan untuk memperoleh data. Dalam menggali data, tidak mungkin bagi seorang jurnalis untuk menulis berita hanya mengandalkan hasil observasi tanpa melakukan wawancara. Karena dengan wawancara wartawan bisa memperoleh kelengkapan data tentang peristiwa atau fenomena. Juga dengan wawancara seorang jurnalis melakukan cross-check atau recheck dari data yang diperoleh sebelumnya demi akurasi data.
Wawancara bukanlah proses tanya jawab seperti ‘saya bertanya-anda menjawab’. Wawancara lebih luas dari sekedar proses tanya jawab. Pewawancara dan yang diwawancarai berbagi pekerjaan ‘membangun ingatan’. Tujuan umumnya merekonstruksi kejadian yang baru terjadi atau telah lampau. Dalam aktifitas ini, pewawancara dan yang diwawancarai akan membangun kembali ingatan-ingatan tersebut.
Ü Teknik Wawancara
1. Menguasai permasalahan
Ini penting karena untuk menghindari miss-understanding antara pewawancara dengan yang diwawancarai.
2. Ajukan pertanyaan yang lebih spesifik
Pertanyaan yang lebih spesifik akan lebih membantu dan mempermudah dalam mengarahkan topik pembicaraan.
3. Jangan menggurui
Karena wawancara bukan proses tanya-jawab, tetapi aktifitas membangun ingatan terhadap peristiwa yang baru terjadi atau telah lampau.
a. Studi Literer
Data tidak hanya dapat diperoleh melalui pengamatan dan wawancara tapi bisa juga memanfaatkan data-data yang sudah terdokumentasikan. Pencarian data-data yang terdokumentasikan itu juga sangat dipertimbangkan tingkat keabsahannya dan dapat dipertangungjawabkan. Misalnya Keppres, Undang-Undang, dan lainnya. Kebutuhan data seperti itu sangat memungkinkan dan merupakan keharusan untuk pencarian data yang terdokumentasikan. Biasanya data-data seperti itu, validitasnya dapat dipertanggungjawabkan.
Pemanfaatan data yang terdokumentasikan tidak terbatas pada Undang-Undang, Keppres. Hasil dari sebuah penelitian, berita di media, arsip, buku, juga bisa dijadikan sebagai data dokumen, tapi juga harus mempertimbangkan validitas data-data tersebut.
Sumber-sumber yang bisa dijadikan bahan dalam riset dokumen/studi literer:
1. Koran atau Majalah
Koran atau majalah menyediakan informasi cukup memadai untuk kebutuhan riset dokumen. Informasi surat kabar cukup layak dijadikan sumber data otentik (terlepas bila mengandung kesalahan informasi). Riset dokumen yang dilakukan mempelajari terhadap pelbagai pemberitaan dari reportase yang obyektif, teks berita foto (caption), dan tulisan yang mengandung opini.
2. Buku
Pencarian data melalui buku terkait dengan kredibilitas penulisnya, penerbitnya, dan tahun revisi penerbitannya. Juga memeriksa keterangan seperti data-data statistik yang dikutip, apakah dari abstraksi data yang terbaru. Buku layak dijadikan sumber data karena buku biasanya memuat bahasan yang mendalam dan cakupan pemahaman yang luas.
3. Penulisan Berita dan Opini
Ü Straight News
Straight news atau sering disebut berita langsung, apa adanya, ditulis secara singkat dan lugas merupakan bentuk penulisan berita yang paling sederhana. Pasalnya, hanya dengan menyajikan unsur empat W (what, who, when, where) maka tulisan tersebut bisa langsung menjadi berita. Namun, bukan berarti straight news menafikan unsur why dan how. Karena itu bentuk penyajiannya diatur sedemikian rupa sehingga khalayak pembaca bisa mengetahui pesan utama berita itu tanpa perlu membaca seluruh isi berita. Pola penulisan straight news sering dipakai oleh media massa yang punya masa edar harian. Selanjutnya untuk media-media massa yang terbit berkala lebih banyak memakai pola penulisan features, depht news (indepht reporting maupun investigative reporting).
Tidak semua fakta bisa ditulis dalam bentuk straight news. Karena straight news terikat dengan unsur kebaruan (aktualita). Maka suatu fakta itu ditulis dengan bentuk straight news bila :
1. informasi atau berita tersebut tentang peristiwa dan bukan fenomena ataupun kasus. Misalnya kecelakaan lalu lintas, kejahatan, pergantian pejabat negara, dan sebagainya.
2. Informasi atau berita itu penting untuk segera diketahui khalayak.
3. Baru (aktual)
Ü Karakteristik Straight News
1. Strukturnya piramida terbalik
Unsur berita what, who, where, when diletakkan dalam lead. Sedang unsur how dan why diletakkan dalam tubuh berita. Bila dimungkinkan, bisa menyajikan fakta-fakta tambahan yang dianggap perlu sehingga kalau perlu di ‘cut’ tidak mempengaruhi isi berita.
2. Deskripsinya lugas, hanya mengemukakan fakta-fakta yang perlu untuk kejelasan berita.
3. Irama atau lenggang cerita terkesan terburu-buru.
Ü Depth News
Tulisan ini lazim disebut berita mendalam. Digunakan untuk menuliskan permasalahan secara lebih lengkap, bersifat mendalam dan analitis, dimensinya lebih luas. Yang dijadikan berita biasanya suatu kasus ataupun fenomena. Laporan ini ditulis berdasar hasil liputan terencana, dan membutuhkan waktu panjang. Karena merupakan hasil liputan terencana, maka diperlukan persiapan yang matang, sehingga dalam penulisan depth news ini dibutuhkan out line sebagai kerangka acuan dalam penggalian data sampai analisa data.
Dalam depht news, penekanannya pada unsur how dan why. Mencari dan memaparkan jawaban how dan why secara lebih rinci dan banyak dimensi.
Ü Karakteristik Depth News
1. Strukturnya balok tegak.
2. Deskripsinya analitis, banyak mengungkapkan fakta-fakta penting dan pendukung untuk kejelasan berita.
3. Lenggang cerita berkesinambungan antara paragraf sebelum dan sesudahnya.
4. Lebih mendalam dalam menguraikan fakta.
Ü Pembuatan Perencanaan Liputan (Outline)
Karena pemberitaan model depht news lebih menekankan pada unsur why dan how, maka dibutuhkan kedalaman dalam mengurai suatu realitas. Supaya dalam penguraian realitas tidak terjadi pembiasan atau pelebaran, maka dibutuhkan kerangka (outline) sebagai acuan dalam mengurai realitas. Mulai dari pengumpulan atau penggalian data sampai penganalisaan data, sebelum dijadikan tulisan.
Dalam pembuatan outline, dibutuhkan pengetahuan awal tentang realitas yang akan diurai. Pengetahuan awal tentang fenomena yang akan diurai sangat membantu dalam pembacaan fenomena tersebut. Karena tidak mungkin seluruh uraian fenomena disajikan dalam tulisan, maka dalam out-line ditentukan sisi mana (angle) yang akan diurai dan disajikan secara mendalam.
Angle dimaksudkan sebagai penentu batasan fenomena yang akan diurai agar dalam menganalisa sebuah fenomena tetap terfokus pada batasan yang direncanakan dan tidak melebar.
Sebagai kerangka acuan dalam liputan mendalam, outline juga memuat perencanaan data-data yang akan dicari. Dan untuk data yang direncanakan melalui wawancara, ditentukan pula poin-poin pertanyaan (drafting) secara garis besarnya.
Ü Feature
Ini lazim disebut berita kisah atau cerita pendek non-fiksi. Dikatakan non-fiksi karena tetap berdasarkan pada fakta. Selain itu, feature adalah artikel yang kreatif, kadang-kadang subyektif yang terutama dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi pada pembaca tentang suatu kejadian, keadaan atau aspek kehidupan. Feature juga sering disebut sebagai berita ringan (soft news) karena gaya penulisannya indah memikat, naratif, prosais, imajinatif, dan bahasanya lugas.
Biasanya feature mengungkapkan suatu peristiwa yang tidak terlalu menjadi perhatian publik dan isinya lebih menekankan pada sisi human interest (menarik minat dan perasaan khalayak pembaca). Model features dalam penulisan berita tidak terikat aktualitas.
Namun, menulis dengan model features dibutuhkan kepekaan dan ketajaman menangkap fenomena dalam realitas sosial melalui pengamatan dan wawancara yang mendalam serta riset dokumentasi yang cermat.
Ü Ragam Features
1. Historical features
Menceritakan kejadian-kejadian yang menonjol pada waktu yang telah lewat, namun masih tetap mempunyai nilai human interest.
2. Profile features
Mengemukakan pengalaman pribadi seorang atau kelompok. Pembaca bisa mengetahui sepak terjang tokoh tersebut, motivasinya, wawasannya, kerangka berpikirnya. Dikemas seolah-olah kisah pengakuan diri dari orang yang bersangkutan.
3. Adventures features
Menyajikan kejadian unik dan menarik yang dialami seseorang atau kelompok dalam perjalanan ke suatu daerah tertentu, baik tentang alam maupun masyarakat.
4. Trend features
Mengungkapkan kisah tentang kehidupan sekelompok anak manusia ataupun perubahan gaya hidupnya dalam proses transformasi sosial.
5. Seasonal features
Mengisahkan aspek baru dari suatu peristiwa teragenda, seperti saat lebaran, natal, peringatan hari lahir tokoh nasional dan sebagainya.
6. How-to-do-it features
Mengungkapkan bagaimana suatu perbuatan atau kegiatan dilakukan, seperti tulisan tentang pemanfaatan daun sereh sebagai obat keluarga.
7. Explanatory atau Backgrounder features
Mengisahkan sesuatu yang terjadi dibalik peristiwa atau penjelasan mengapa hal itu terjadi, misalkan tentang pemogokan buruh, mengapa pemogokan itu terjadi, sebab apa yang melatarbelakangi pemogokan.
8. Human Interest features
Menceritakan tentang kisah hidup anak manusia yang menyentuh perasaan, seperi seorang mahasiswa yang terus kuliah dengan mengandalkan hasil keringatnya sendiri. Penulisan ini ditekankan pada tingkah laku hidupnya bukan personnya.
Ü Karakteristik features
1. Teras berita (lead) bebas asal tetap menarik.
2. Strukturnya bebas tapi tetap ringkas dan terus menarik.
3. Bagian akhir tulisan dapat meninggalkan kesan pada pembaca, artinya dapat membuat pembaca tersenyum, tertawa, berdecap. Bagian akhir yang demikian dinamakan punch.
4. lenggang cerita terkesan santai.
5. Deskripsi bervariasi, mengemukakan detil-detil yang menyentuh atau membangkitkan emosi.
Opini
Bila berita sebagai hasil konstruksi dari fakta, maka tidak demikian opini. Opini bukan kontruksi peristiwa, tetapi lebih pada penilaian terhadap fakta, jadi terdapat unsur subyektifitas penulis dalam penyajiannya. Pun penulisannya tidak didasarkan pada 5W + 1H sebagaimana berita.
Langkah awal yang dilakukan sebelum mengumpulkan bahan dan menulis opini adalah menentukan tema. Tema merupakan benang-merah dalam benak penulis yang menggambarkan tujuan tulisan. Tanpa tema, tulisan opini tidak akan utuh dan tidak menentu arahnya.
Ada berbagai macam bentuk penulisan opini yakni : artikel kolom, essai, resensi. Beberapa bentuk tulisan tersebut merupakan ruang bagi pembaca media.
Selain bentuk-bentuk tersebut masih ada penulisan lain yang disebut opini. Namun, opini ini lebih merupakan pendapat media bersangkutan terhadap realitas yang berkembang. Salah satunya adalah Editorial atau Tajuk yang merupakan penilaian atau analisa redaksi tentang situasi dan berbagai masalah. Juga ada pojok, ia merupakan tulisan yang berupa sentilan, sindiran, terhadap suatu realitas yang ditulis dengan gaya satire, lucu, kocak. Dan karikatur, juga merupakan penilaian redaksi terhadap realitas, ia tidak jauh beda dengan pojok, namun diungkapkan melalui gambar atau kartun.
Ü Syarat Opini
1. Orisinil
2. Faktual, Aktual
3. Bersifat ilmiah populer bukan ilmiah teknis
4. Sistematis
5. Mengandung gagasan atau ide
6. Menggunakan bahasa yang baik dan benar
Ü Tajuk Rencana (Editorial)
Merupakan pandangan redaksi terhadap suatu fakta atau realitas. Tajuk Rencana memuat fakta dan opini yang disusun secara ringkas dan logis.
Ü Artikel
Merupakan tulisan yang bersifat nonfiksi. Juga merupakan karya ilmiah populer. Mengungkapkan pendapat atau pandangan penulis dalam memandang suatu realitas.
Susunan penulisannya seperti karya ilmiah : ada batasan-batasan permasalahan yang diungkapkan, juga dimungkinkan ada problem solving. Bahasa yang digunakan adalah bahasa ilmiah-baku, namun tidak kaku. Tema dalam artikel bisa berupa apa saja, dari teknologi sampai politik, dari masalah yang paling kecil sampai yang paling besar.
Ü Kolom atau Essai
Sama halnya dengan artikel, menulis kolom juga diperlukan menentukan permasalahan yang akan diurai termasuk sistematisasi permasalahan untuk ditarik benang-merah. Ini dimaksudkan untuk menjadikan tulisan lebih terarah. Dalam penulisannya, kolom tidak seketat seperti artikel. Bahasa yang digunakan lebih lentur, mudah dipahami, terkesan santai dalam memaparkan idenya.
Essai lebih longgar lagi, dan tulisannya lebih pendek dari kolom. Biasanya karakter penulis tercerminkan dalam tulisan essai, kekhasan personal lebih ditonjolkan. Sama halnya dengan kolom, dalam memaparkan idenya terkesan santai, bahasanya lentur, alur bahasan lebih lugas. Juga seperti halnya dalam penulisan opini yang lain ada permasalahan yang diuraikan.
Ü Resensi
Resensi merupakan bentuk tulisan dalam hal penggambaran atau analisa terhadap sebuah teks. Teks bisa berupa buku, film, teater, maupun lagu. Sebagian menyebut resensi sama halnya dengan sinopsis, penggambaran secara global tentang teks. Tapi sebenarnya tidak sama, karena dalam resensi ada sedikit sentuhan analisa penulis. Dan seorang resensor harus berlaku seobyektif mungkin dalam menggambarkan atau menganalisa teks.
4. Penulisan Berita
Ü Membuat Judul
Judul berita bukan hal yang urgen dalam penulisan berita. Tapi bisa menjadi hal yang vital. Sebelum membaca isi berita, pembaca cenderung membaca judulnya terlebih dahulu. Ketika judul tidak menarik, pembaca akan enggan membaca isi berita.
Dalam membuat judul, harus dapat dimengerti dengan sekali baca, juga menarik, sehingga mendorong pembaca mengetahui lebih lanjut isi berita. Tapi judul yang menarik belum tentu benar dalam kaidah penulisan judul. Pada dasarnya judul mencerminkan isi berita. Jadi disamping mencerminkan isi dan menarik, judul perlu kejelasan asosiatif setiap unsur subyek, obyek dan keterangan.
Selain itu, menulis judul juga bisa memakai kutipan pernyataan narasumber. Biasanya suatu pernyataan mengarah pada subyek yang melontarkan. Untuk menjelaskan subyek (nama narasumber, atau sebuah kegiatan) maka digunakan kickers (pra-judul). Atau jika tidak menggunakan kickers, penulisan judul di dalam dua tanda petik.
Ü Lead
Lead merupakan paragraf awal dalam tulisan berita yang berfungsi sebagai kail sebelum masuk pada uraian dalam tulisan berita.
Ada beberapa macam lead yang biasa digunakan dalam menulis berita:
1. Lead Ringkasan : Biasanya dipakai dalam penulisan ‘berita keras’. Yang ditulis hanya inti beritanya saja. Sedangkan interesting reader diserahkan kepada pembaca. Lead ini digunakan karena adanya persoalan yang kuat dan menarik.
2. Lead Bercerita : Ini digemari oleh penulis cerita fiksi karena dapat menarik pembaca dalam alur yang mengasyikkan. Tekniknya adalah membiarkan pembaca menjadi tokoh utama cerita.
3. Lead Pertanyaan : Lead ini efektif apabila berhasil menantang pengetahuan pembaca mengenai permasalahan yang diangkat.
4. Lead Menuding Langsung : Biasanya melibatkan langsung pembaca secara pribadi, rasa ingin tahu mereka sebagai manusia diusik oleh penudingan lead.
5. Lead Penggoda : Mengelabui pembaca dengan cara bergurau. Tujuan utamanya menggaet perhatian pembaca dan menuntunnya supaya membaca habis cerita yang ditawarkan.
6. Lead Nyentrik : Lead yang menggunakan puisi, pantun, lagu atau yang lain. Gaya lead ini sangat khas dan ekstrim dalam bertingkah.
7. Lead Deskriptif : Menciptakan gambaran dalam pikiran pembaca tentang seorang tokoh atau suatu kejadian. Lead ini banyak digemari wartawan ketika menulis feature profil.
8. Lead Kutipan : Lead yang mengutip perkataan, statement, teori dari orang terkenal.
9. Lead Gabungan : Lead yang menggabungkan dua atau lebih macam lead yang sudah ada. Semisal lead kutipan digabung dengan lead deskriptif.
Ü Ending
Untuk penutup atau ending story, ada beberapa jenis :
1. Penyengat : Penutup yang biasanya diakhiri kata-kata yang mengagetkan pembaca dan membuatnya seolah-olah terlonjak.
2. Klimaks : Penutup ini ditemukan pada cerita yang ditulis secara kronologis.
3. Tidak Ada Penyelesaian : Penulis mengakhiri cerita dengan memberikan sebuah pertanyaan pokok yang tak terjawab. Jawaban diserahkan kepada pembaca untuk membuat solusi atau tanggapan tentang permasalahan yang ada.
Ü Alur Penulisan
Seringkali tulisan seorang penulis tidak dapat dipahami dan diketahui isinya oleh pembaca. Dalam kasus ini, sebagai penulis ia gagal menyampaikan ide atau pikirannya pada pembaca. Ada dua kemungkinan kenapa pembaca tidak memahami tulisan tersebut. Pertama, bahasa yang digunakan penulis. Kedua, alur tulisan yang tidak terarah. Jika yang terjadi adalah faktor kedua maka penulis melakukan kesalahan yang sangat fatal.
Seperti halnya bercerita, menulis juga membutuhkan alur agar tulisan tersusun secara sistematis dan jelas apa yang akan disampaikan.
Ada beberapa hal yang bisa dijadikan acuan alur penulisan :
1. sebab-akibat
Penyorotan pada peristiwa yang terjadi dan menghasilkan berbagai akibat yang akan atau telah terjadi.
2. akibat-sebab
penyorotan pada sebab-musabab dari sebuah peristiwa yang terjadi.
3. deskriptif-kronologis
Penceritaan suatu peristiwa dengan pemaparan urutan peristiwa tersebut.
5. Manajemen Redaksi
Dalam proses penerbitan media, mutlak dibutuhkan suatu tim kerja yang biasa dikenal dengan sebutan redaksi. Tim redaksi ini yang akan menentukan tema, perencanaan media, perencanaan proses kerja dan evaluasi dari media tersebut.
Ü Struktur Tim Media
Pada berbagai media, terdapat beberapa devisi atau departemen yang bergerak sesuai dengan bidang dan tugas masing-masing. Pada tiap media, devisi itu tidaklah sama. Tergantung dengan manajemen media itu sendiri. Biasanya, dalam media terdapat struktur devisi berupa:
1. Pemimpin Umum
Bertugas memimpin seluruh rangkaian proses dalam kelembagaan media tersebut. PU memiliki beban tanggung jawab besar dengan kelancaran media tersebut
2. Devisi Penerbitan
Bertugas mengawal proses penerbitan media. Devisi ini yang mengomandani penerbitan media mulai dari tema, penggalian data, penulisan berita, tata letak hingga terbit menjadi suatu bentuk media.
3. Devisi Penelitian dan Pengembangan
Bertugas melakukan penelitian-penelitan untuk menciptakan inovasi atau terobosan baru yang bisa menjadikan media itu kian disukai dan dicintai pembaca.
4. Devisi Human Resources Development
Bertugas mengawal kualitas SDM kru pada media tersebut. Devisi ini yang mencari dan mengolah SDM pada awak media
5. Devisi Perusahaan
Bertugas memasarkan media yang telah dibuat dan mencari iklan guna menopang kelangsungan hidup suatu media.
Ü Struktur Redaksi
Struktur redaksi pada suatu media tidaklah seragam dengan media lain. Disesuaikan dengan kebutuhan pada media masing-masing. Namun, secara general, struktur media terdiri dari:
1. Pemimpin Redaksi
Bertugas sebagai leader dalam keredaksian suatu media. Pemred bertugas untuk mengontrol kualitas pemberitaan dan isu pemberitaan yang diulas suatu media. Dia bertanggung jawab penuh atas segala isi media.
2. Redaktur
Merupakan koordinator dalam tiap tema yang diangkut. Redaktur berhak mengedit pemberitaan yang ditulis oleh reporter.
3. Reporter
Merupakan orang yang turun ke lapangan untuk menggali data dan merekonstruksinya dalam berita untuk dimuat media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar